WARGA BANGLADESH HIN@ MALAYSIA DALAM AL JAZEERA DIUSIR SELAMA-LAMANYA DARI MALAYSIA
WARGA BANGLADESH HIN@ MALAYSIA DALAM AL JAZEERA DIUSIR SELAMA-LAMANYA DARI MALAYSIA
Otoritas Malaysia menyebut mereka telah menangkap pria Bangladesh yang mengkritik perlakuan pemerintah Malaysia terhadap migran ilegal selama pandemi virus corona.
Dalam sebuah program dokumenter yang diproduksi oleh media penyiaran Qatar, Al Jazeera, Rayhan Kabir mengatakan pemerintah Malaysia melakukan tindakan diskriminatif terhadap pekerja migran ilegal dengan menangkap dan memenjarakan mereka.
Pria berusia 25 tahun itu kini dideportasi.
'Disiram air panas' hingga 'bayar utang sampai mati': Kisah pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh
Malaysia segera terapkan 'lockdown', AS dijadwalkan uji coba vaksin virus corona
Rencana ke Malaysia, terdampar di Aceh: Cerita penyelamatan pengungsi Rohingya
Para pengkritik menyebut penahanan ratusan migran tak manusiawi. Namun otoritas Malaysia menyebut langkah itu diperlukan untuk menekan penyebaran virus corona.
Mereka yang ditangkap termasuk anak-anak dan pengungsi Rohingya, ujar para aktivis. Penahanan ini dilakukan ketika Malaysia memberlakukan karantina wilayah selama pandemi Covid-19.
Polisi melakukan investigasi terkait dokumenter bertajuk Locked Up in Malaysia's Lockdown, yang disiarkan pada 3 Juli 2020, menyusul komplain dari para pejabat dan media setempat bahwa laporan itu "tidak akurat, menyesatkan dan tak seimbang," ujar Al Jazeera.
Polisi kemudian merilis surat perintah penangkapan terhadap Kabir - yang izin kerjanya dicabut setelah program ini disiarkan dan ditangkap pada Jumat lalu.
"Warga negara Bangladesh itu akan dideportasi dan masuk daftar hitam Malaysia selamanya," ujar Direktur Jenderal Imigrasi Malaysia Khairul Dzaimee Daud dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan mengapa Kabir ditangkap atau apakah dia tersangka dalam kasus kriminal.
Harian Bangladesh Daily Star mengutip pernyataan tertulis Kabir sebelum penangkapannya: "Saya tidak melakukan kejahatan apa pun. Saya tidak berbohong. Saya hanya berbicara tentang diskriminasi terhadap migran. Saya ingin martabat migran dan negara saya terjamin. Saya percaya semua migran dan Bangladesh akan mendukung saya. "
Kelompok yang terdiri dari 21 organisasi masyarakat sipil Bangladesh menuntut pembebasan Kabir, dengan mengatakan: "Wawancara dengan media bukan kejahatan dan Rayhan Kabir tidak melakukan kejahatan apa pun."
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Human Rights Watch mengatakan: "Tindakan pemerintah [Malaysia] mengirimkan pesan mengerikan kepada banyak pekerja migran di negara itu, yakni jika Anda ingin tinggal di Malaysia, jangan angkat bicara tentang seberapa parah Anda telah diperlakukan."
Al Jazeera menyebut polisi Malaysia mengumumkan investigasi terhadap stafnya terkait kemungkinan hasutan, pencemaran nama baik dan pelanggaran Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia negara itu. Dikatakan mereka sedang mengalami "pelecehan online berkelanjutan", termasuk pesan kasar dan ancaman pembunuhan.
Media itu mengatakan "sangat membantah" tuduhan terhadap program dan bahwa mereka "membela profesionalisme, kualitas dan ketidakberpihakan jurnalisme".
Dalam perkembangan terpisah, seorang hakim Malaysia pada Rabu membatalkan keputusan mencambuk 27 pengungsi Rohingya karena masuk secara ilegal, kata pengacara mereka. Kasus ini memicu protes dari para aktivis.
Malaysia tidak mengakui pengungsi dan ada tingkat ketidakpercayaan yang tinggi terhadap mereka yang datang dari luar negeri, seringkali bekerja sebagai buruh bayaran rendah.
Beberapa kelompok menuduh pekerja migran menyebarkan virus corona dan menjadi beban pemerintah.